(Pola DAS
berdasarkan distribusi hujan dan limpasan permukaan)
Dosen
Pembimbing :
Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D
Disusun Oleh
:
Kelompok V
HUT 6C
Dewi Astari Purba (121201073)
Budi Satria Sihite (121201080)
Steven Christian Pinem (121201141)
Chrismansyah Sinaga (121201143)
Arido Junior F.S (121201147)
Yoan Evi Fania S. (121201152)

FAKULTAS KEHUTANAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
|
DAFTAR ISI
Hal
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan............................................................................................................. 2
ISI
Limpasan permukaan...................................................................................... 3
Hujan ............................................................................................................. 4
Kondisi DAS.................................................................................................. 4
Distribusi Curah
Hujan................................................................................... 4
PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Sungai sebagai suatu system yang
terdiri dari beberapa anak sungai yang tergabung ke dalam sungai induk pada
suatu daerah aliran. Jadi daerah aliran suatu sungai yang sering disebut DAS
merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi dan
berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air beserta sedimen dan
unsur hara lainnya. Melalui system sungai yang mempunyai outlet tunggal, system
aliran pada DAS terbagi ke dalam daerah aliran hulu, daerah aliran tengah,
daerah aliran hilir. Di masing-masing daerah aliran ini terjadi proses
geomorfik yang berbeda. Misalnya di bagian daerah aliran hulu biasanya terjadi
erosi vertical, bagian daerah tengah terjadi erosi vertical dan lateral
kira-kira sama kuat, dan didaerah aliran hilir terjadi proses erosi lateral.
Kegiatan aliran air sungai biasanya adalah mengambil (mengerosi/ mengikir),
mengangkut, dan mengendapkan, sehingga suatu lembah sungai sangat tidak tetap
dalam arti selalu mengalami perubahan-perubahan tersebut dapat tejadi pada
panjang, lebar atau dalamnya lembah.
Air sungai dalam perjalannanya dari hulu ke hilir melakukan kegiatan mengikis,
mengambil bahan lepas, mengangkut dan mengendapkan.Suatu lembah penampangnya
tidak tetap dan sifatnya dinamik (mengalami perubahan-perubahan). Perubahan ini
di sebabkan karena erosi, erosi tersebut bias berupa erosi mudik(menyebabkan
lembah panjang kearah ulu), erosi lateral (menyebabkan pelebaran lembah),
dan erosi vertical (menyebabkan pendalaman lembah). Lembah dapat bertambah
panjang akibat terjadi erosi lateral pada daerah-daerah aliran sungai pada
stadium tua. Terbentuknya meander menyebabkab bertambah panjangnya lembah.
Meander merupakan aliran merupakan aliran sungai yang berliku-liku sebagai
akibat dari erosi lateral, sehingg dengn berliku-likunya aliran sungai lembah
sungaipun bertambah panjang.
Perubahan muka air laut dimana
sungai tersebut bermuara. Penurunan muka air laut ini dapat disebabkan karena
terjadi pengangkatan dasar laut atau penurunana dasar laut. Terjadinya
penurunan dan pendangkalan dasar laut menyebabkan aliran sungai bertambah
panjang kearah laut, muara bergeser kearah laut dan garis pantai bertambah
lebar.
Menurut
Asdak (2002), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan
hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai
kerapatan drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%,
bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase,
dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS merupakan
daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada
beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan
oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian
kecuali daerah estuaria yang didominsi hutan gambut/bakau.
Karena
DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pengembangannya pun, DAS harus
diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem
dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan,
maka sasaran pengembangan DAS akan menciptaka ciri-ciri yang baik.
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pola DAS berdasarkan distribusi
hujan dan limpasan permukaan
ISI
A. Limpasan
permukaan
Limpasan permukaan atau aliran
permukaan adalah bagian dari curah hujan
yang mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut partikel-partikel
tanah. Limpasan terjadi karena intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah
melebihi kapasitas infiltrasi,setelah laju infiltrasi terpenuhi air akan
mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan
tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah
(surface run – off). Jika aliran air terjadi di bawah permukaan tanah disebut
juga sebagai aliran di bawah permukaan dan jika yang terjadi adalah aliran yang
berada di lapisan equifer (air tanah), maka disebut aliran air tanah. Air
limpasan permukaan di bedakan menjadi : sheet dan rill surface run – off akan
tetapi jika aliran air tersebut sudah masuk ke sistem saluran air atau kali,
maka disebut sebagai stream flow run-off.
Menurut Sosradarsono dan Takeda
(1978:135) (dalam Ziliwu 2000:12) mengemukakan bahwa: "Limpasan permukaan
terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, setelah laju
infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan
tanah". Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas
dipermukaan tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu elemen meteorologi dan elemen sifat fisik daerah
pengaliran.
Elemen meteorologi meliputi jenis
presipitasi, intensitas hujan, durasi hujan, dan distribusi hujan dalam daerah
pengaliran, sedangkan elemen sifat fisik daerah pengaliran meliputi tata guna
lahan (land use), jenis tanah dan kondisi topografi daerah pengaliran
(catchment). Elemen sifat fisik dapat dikategorikan sebagai aspek statis
sedangkan elemen meteorologi merupakan aspek dinamis yang dapat berubah
terhadap waktu.
B. Hujan
Hujan, yang meliputi tipe, lama,
intensitas dan sebaran hujan sangat menentukan limpasan permukaan yang terjadi
di suatu daerah aliran sungai (DAS) jumlah (volume) dan debit limpasan yang
terjadi di suatu DAS sangat berkaitan dengan intensitas dan lamanya hujan yang
terjadi di DAS yang bersangkutan.
C. Kondisi
DAS
Kondisi DAS, meliputi ukuran bentuk
DAS, topografi meliputi datar
(0 - 8%), landai (0 - 15%), bergelombang (15 - 25%), berbukit (25 - 40%), bergunung (> 40%) geologi, dan penggunaan lahan. Limpasan permukaan akan semakin menurun sebanding dengan semakin bertambahnya luas DAS, luas DAS ini menentukan musim atau saat kapan suatu puncak limpasan permukaan akan terjadi. Suatu DAS yang berbentuk memanjang dan sempit kemungkinan akan menghasilkan limpasan permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang lebih besar dan kompak untuk luas DAS yang sama. Hal ini disebabkan DAS yang berbentuk sempit dan memanjang mempuyai waktu konsentrasi yang lebih lama dan curah hujannya terutama intensitasnya juga tidak sering merata sepanjang DAS yang berbentuk memanjang. Bentuk topografi DAS seperti kelerengan, derajat kemiringan sistem drainase dan keberadaan cekungan penyimpan air di permukaan berpengaruh pada volume dan debit limpasan permukaan. Suatu DAS dengan bentuk permukaan lahan datar dan terdapat cekungan peyimpan air permukaan yang tak ber-outlet cenderung mempunyai limpasan permukaan yang lebih kecil di banddingkan dengan topografinya miring dan mempuyai pola dan sistem drainase (stream) yang sudah mapan. Sifat geologi tanah berpengaruh terhadap infiltrasi oleh karena itu berpengaruh pula terhadap limpasan.
(0 - 8%), landai (0 - 15%), bergelombang (15 - 25%), berbukit (25 - 40%), bergunung (> 40%) geologi, dan penggunaan lahan. Limpasan permukaan akan semakin menurun sebanding dengan semakin bertambahnya luas DAS, luas DAS ini menentukan musim atau saat kapan suatu puncak limpasan permukaan akan terjadi. Suatu DAS yang berbentuk memanjang dan sempit kemungkinan akan menghasilkan limpasan permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang lebih besar dan kompak untuk luas DAS yang sama. Hal ini disebabkan DAS yang berbentuk sempit dan memanjang mempuyai waktu konsentrasi yang lebih lama dan curah hujannya terutama intensitasnya juga tidak sering merata sepanjang DAS yang berbentuk memanjang. Bentuk topografi DAS seperti kelerengan, derajat kemiringan sistem drainase dan keberadaan cekungan penyimpan air di permukaan berpengaruh pada volume dan debit limpasan permukaan. Suatu DAS dengan bentuk permukaan lahan datar dan terdapat cekungan peyimpan air permukaan yang tak ber-outlet cenderung mempunyai limpasan permukaan yang lebih kecil di banddingkan dengan topografinya miring dan mempuyai pola dan sistem drainase (stream) yang sudah mapan. Sifat geologi tanah berpengaruh terhadap infiltrasi oleh karena itu berpengaruh pula terhadap limpasan.
D. Distribusi
Curah Hujan
Faktor ini mempengaruhi hubungan
antara hujan dan derah pengaliran suatu volume hujan tertetu yang tersebar
merata diseluruh daerah aliran intensitasnya akan berkurang apabila curah hujan
sebagian saja dari daerah aliran, dan menyebabkan terjadinya aliran permukaan
lambat.
Debit dan volume limpasan dipengaruhi oleh distribusi
dan intensitas hujan di seluruh DAS. Debit dan volume limpasan akan bernilai
maksimum apabila seluruh DAS telah memberi kontribusi aliran. Apabila kondisi topografi, tanah, dll di
seluruh DAS seragam. Untuk hujan yang samacurah hujan yang distribusinya merata
menghasilkan debit puncak yang paling minimum. Karakteristik distribusi hujan :
rasio hujan tertinggi di suatu titik dengan hujan rata-rata DAS. Debit dan
volume aliran permukaan bertambah besar dengan bertambahnya luas DAS.
Apabila debit dan volume aliran
permukaan dinyatakan sebagai debit dan volume per satuan luas maka besarnya
akan berkurang dengan bertambahnya luasnya DAS. Berkaitan dengan waktu
konsentrasi dan penyebaran atau intensitas hujan. Bentuk DAS mempengaruhi pola
aliran dalam sungai. Pengaruh bentuk DAS
terhadap aliran permukaan dapat ditunjukan dengan hidrograf pada DAS yang
bentuknya berbeda namun mempunyai luas dan intensitas hujan yang sama.

PENUTUP
Kesimpulan
1.
Debit dan volume limpasan
dipengaruhi oleh distribusi dan intensitas hujan di
seluruh DAS.
seluruh DAS.
2.
Debit dan volume aliran permukaan
bertambah besar dengan bertambahnya luas DAS.
3.
Bentuk DAS mempengaruhi pola aliran
dalam sungai. Pengaruh bentuk DAS
terhadap aliran permukaan dapat ditunjukan dengan hidrograf pada DAS yang
bentuknya berbeda namun mempunyai luas dan intensitas hujan yang sama.
4.
DAS yang berbentuk sempit dan
memanjang mempuyai waktu konsentrasi yang lebih lama dan curah hujannya
terutama intensitasnya juga tidak sering merata sepanjang DAS yang berbentuk
memanjang.
5. Tipe, lama,
intensitas dan sebaran hujan sangat menentukan limpasan
permukaan yang terjadi di suatu daerah aliran sungai (DAS) jumlah (volume)
dan debit limpasan yang terjadi di suatu DAS.
permukaan yang terjadi di suatu daerah aliran sungai (DAS) jumlah (volume)
dan debit limpasan yang terjadi di suatu DAS.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak
Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Cetakan ke
5. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Samalehu
Herfien. 2013. Analisis Erosi dan Teknik Konservasi Lahan Pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Waeruhu Kota Ambon. Tesis Magister Pengelolaan
Sumberdaya Air (MPSA) Program Studi Teknik Sipil. Jurusan Teknik Sipil
dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Aliran Sungai (DAS) Waeruhu Kota Ambon. Tesis Magister Pengelolaan
Sumberdaya Air (MPSA) Program Studi Teknik Sipil. Jurusan Teknik Sipil
dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Sitanala
Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air.
IPB Press. Bogor.
Subarkah.
2011. Pengelolaan Sedimen Terpadu, Materi Kuliah Program Pascasarjana
Magister Pengelolaan Bencana Alam, Fakultas Teknik. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Magister Pengelolaan Bencana Alam, Fakultas Teknik. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Tjasyono
Bayong. 2004. Klimatologi. ITB.
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar